Salah satu pengetahuan tradisional yang sering dijumpai di berbagai daerah dan desa yaitu tentang perhitungan musim atau mangsa. Perhitungan musim seringkali menjadi pokok bahasan masyarakat desa, seperti masyarakat nelayan dan petani tambak di Desa Dasun yang sangat bergantung dengan musim dan cuaca. Kelompok nelayan perlu menghitung musim untuk menentukan waktu dan alat tangkap yang digunakan untuk pergi melaut. Dan juga para petani tambak yang memerlukan perhitungan musim untuk menentukan kapan memulai produksi garam atau mulai budidaya ikan bandeng. Pengetahuan tradisional yang berhubungan dengan kendali air inilah kemudian Penulis sebut dengan istilah pranoto banyu.
Pranoto banyu merupakan pengetahuan dalam memahami dan menguasai pergantian dan penghitungan musim, perubahan pergerakan air sungai dan laut, tata cara pengelolaan tambak bandeng dan garam, serta tanda alam yang mempengaruhi musim tangkapan nelayan. Pengetahuan tersebut bagi masyarakat Dasun amat penting dalam menyiapkan segala sesuatu hal, baik tata cara, sikap dan perubahan yang akan terjadi pada alam. Hal ini menjadikan pranoto banyu sebagai praktik kebudayaan masyarakat Dasun dan bagian dari memori kolektif yang tersimpan di dalam pikiran dan perilaku manusianya.
Hadirnya buku ini merupakan upaya untuk merekam memori kolektif dan praktik kebudayaan yang melekat dalam masyarakat Dasun yang kaya akan pengetahuan maritim. Terdapat tujuh bab dalam mengungkap memori kolektif pranata banyu masyarakat Dasun. Bab pertama dan bab ketujuh merupakan cerita Penulis saat melakukan penelitian memori kolektif kolektif pranata banyu sekaligus gagasan keberlanjutan Penulis dalam merespon momori kolektif tersebut. Selebihnya buku ini disajikan lima bab untuk para Penutur memori kolektif dengan pranata banyu di Desa Dasun tepatnya mulai bab dua hingga bab enam. Lima bab tersebut disajikan penuturan Informan tentang pranata banyu tambak garam oleh Bapak Sutrisno, pranata banyu tambak bandeng oleh Mbah Sidiq, pranata banyu segoro lor yang dituturkan oleh Mbah Yono atau Mbah Yono, pranata banyu segoro tambak yang dituturkan oleh Pak Dhe Nanto, dan pranata banyu Kali Dasun yang dituturkan oleh Pak Dhe Tono.
Dalam menyajikan memori kolektif pranata banyu masyarakat desa Dasun, buku ini disuguhkan dalam bentuk teks percakapan antara penulis dan informan. Percakapan memori kolektif ini di transkrip tanpa adanya penambahan dan pengurangan. Dengan penyajian tersebut, diharapkan para Pembaca buku ini seolah-olah merasakan penuturan langsung di depan Informan. Dengan suguhan teks percakapan secara langsung juga, para Pembaca dapat secara merdeka dalam menginterpretasi tentang pranata banyu yang dimiliki masyarakat Dasun. Adapun informan dipilih sesuai dengan rekomendasi masyarakat serta pengamatan dari Penulis langsung tentang aktor-aktor dalam praktik kebudayaan pranata banyu.
Pada hakikatnya, pembuatan buku ingin mengembalikan kepopuleran pengetahuan tradisional dalam bidang kemaritiman yang semakin lama semakin memudar. Padahal jika kita tarik ke belakang pada zaman kerajaan Majapahit, letak kekuatan bangsa kita berada pada praktik kemaritiman yang fasih dan tangguh dengan didasari pengetahuan tradisional yang kuat dan mengakar. Untuk mengembalikan kekuatan dan kesohoran kemaritiman itu bisa dimulai dari dan dengan hal kecil, kita sebagai penerus, mau berinteraksi, mendengar, bertanya, menanyakan ulang hasil penafsiran, menyebarluaskan, hingga mengajak generasi muda untuk melakukan pendataan memori kolektif yang dimiliki kelompok sosial khususnya tentang pranata banyu yang dimiliki masyarakat nelayan dan kelompok adat kemaritiman. , mampu menerjemahkan dan lebih baik lagi jika mampu mempraktekkan kembali dan meneruskan ke generasi selanjutnya.
Penulis ucapkan terimakasih dan salam hormat kepada para Informan yang telah menyampaikan memori kolektifnya tentang pranata banyu. Penulis juga ucapkan terimakasih kepada Pemerintah Desa Dasun yang selalu mensupport dalam proses pembuatan buku ini. Dan tak lupa juga, Penulis ucapkan terimakasih kepada keluarga dan teman-teman seperjuangan yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat agar tetap terus berada di jalan pelestarian dan pemajuan kebudayaan agar nilai-nilai kebudayaan tetap terus diwariskan ke generasi selanjutnya.
Salam Lestari,,
Yogyakarta, 07 Maret 2024
Sejak awal berdirinya Dasun Heritage Society (DHS), Desa Dasun memiliki beragam kegiatan kreatif dalam melestarikan potensi alam dan budayanya. Mulai dari pendataan potensi, pembuatan film dokumenter, peningkatan literasi melalui perpustakaan, dukungan kegiatan kebudayaan, sampai penyusunan buku. Dasun Heritage Society (DHS) selalu menjadi yang terdepan mengidentifikasi, mengenalkan dan melestarikan warisan Desa Dasun.